Saturday 4 April 2020

how to: Work From Home

Hulaa!
Hmm tidak terasa tahun 2020 sudah sampai di Bulan April ya. Sempat ragu untuk menulis tentang WFH karena semula saya pikir kondisinya akan membaik dalam watu dekat ternyata sampai hari ini masih juga seperti ini. 😢 But anyway, setelah dua minggu lebih sejak kantor saya memutuskan untuk menugaskan staffnya untuk WFH, surprisingly saya merasa lebih produktif untuk bekerja di rumah. So, kali ini saya akan berbagi tips bagaimana cara agar tetap produktif meski bekerja dari rumah. I hope you find it helpful.

1. Berusahalah untuk tetap mengikuti jadwal/jam kerja normal
Bagi kalian yang jam kantornya adalah jam 8 - 17, please stick to it. Karena itu akan membuat badan kalian terbiasa dengan rutinitas yang sama dengan hari-hari yang kalian jalani pre-WFH. Beruntungnya saya, kantor saya mengharuskan staffnya absen di jam normal dengan cara menginput data diri dan direcord dalam bentuk video conference (bukan pakai zoom ya, lol). Selain itu kantor saya mengharuskan staffnya tetap menggunakan seragam kerja, well, at least saat absen. Sehingga mau tidak mau kami semua harus beranjak dari kasur dan bersiap-siap untuk absen. Setelah absen kantor, selanjutnya saya akan melakukan koordinasi bidang untuk mengetahui rencana kerja dan pencapaian kerja di hari sebelumnya atau barangkali ada instruksi khusus yang ingin disampaikan pimpinan. Iya, kali ini pakai zoom (insert zoom meme here). Kegiatan-kegiatan ini menjadi kickstart bagi saya untuk memulai hari karena normally setelah koordinasi bidang, my body automatically set to work mode. Tapi jangan sampai kebablasan juga sampai lupa istirahat siang untuk lunch atau bekerja sampai terlalu larut. So, sticking to a routine is important.

kurang lebih seperti ini jadwal kegiatan harian saya selama WFH

2. Work from a designated spot
Mempunyai spot/area khusus untuk bekerja juga dapat mengatur mindset bahwa kita sedang bekerja. Especially for those of you who works using laptop. Instead of working from bed, try to work from a place with a nice sitting and a good lighting, yang deket colokan juga of course. Karena badan dan pikiran kalian harus dipisahkan dari yang ambience-nya leyeh-leyeh dengan ambience bekerja.

3. Buat to do list harian dan cobalah untuk menyelesaikannya dalam satu hari
Setiap harinya saya akan membuat rencana mengenai hal-hal yang akan saya kerjakan. Entah itu di malam hari sebelum saya tidur, atau di pagi hari sebelum saya memulai koordinasi dengan teman-teman kantor. Membuat rencana atau to do list membantu pekerjaan kalian lebih terarah karena memiliki goals yang jelas. Ketimbang hanya "melanjutkan pekerjaan kemarin semampunya" sebaiknya kalian membuat target yang jelas misalkan "hari ini harus sudah sampai part x atau sudah sampai 70%". And by the end of the day apabila target kalian tidak tercapai, kalian bisa mereview lagi kendala yang kalian hadapi sehingga tidak terulang esok harinya.
to do list nya masih ditulis manual supaya gampang dicoret-coret

4. Buat folder per hari untuk menyimpan hasil pekerjaan
Lagi-lagi sistem di kantor saya membantu saya agar bekerja lebih rapi. Saya memiliki folder tersendiri di google drive saya yang isinya adalah hasil-hasil pekerjaan WFH saya setiap hari. Tujuan awal saya membuat itu adalah untuk memudahkan lapor kepada atasan tapi setelah saya pikir kembali, ini merupakan cara yang tepat untuk mendukung poin ke 3. Agar hasil harian/progress pekerjaan kalian lebih ter-record, sebaiknya siapkan folder per hari untuk menyimpan hasil pekerjaan pada hari itu.

Ini dia tempat saya menyimpan hasil pekerjaan harian saya selama WFH

5. Buat daftar realisasi pekerjaan mingguan
Di hari terakhir bekerja (jumat) biasanya saya akan merekap kembali sejauh mana pekerjaan saya selesai secara keseluruhan. Apakah saya on track atau terlambat, apakah ada pekerjaan lain yang mengganggu pekerjaan utama saya dll. Daftar ini dapat membantu kalian untuk mengatur rencana tindak lanjut apabila ternyata ada kendala dalam menyelesaikan pekerjaan-pekerjaan kalian.

Well, saya rasa sekian dulu. I'm not saying I'm totally used to this WFH thingy. Tapi saya merasa dengan melakukan hal-hal yang saya sebutkan di atas, saya bisa mengerjakan pekerjaan-pekerjaan saya dengan baik and I hope it will help you guys too. Stay healthy and stay productive!


xoxo,

Saturday 28 March 2020

Film Review #1 - Fujicolor C200

Hello hello!
Kali ini saya mau share info yang mudah-mudahan berfaedah, yaitu review film. Eits, bukan film bioskop ya, melainkan film buat kamera analog.
Setelah sekitar 3 tahun pake analog camera, rasanya saya sudah cukup hapal dengan karakter warna dari beberapa film yang pernah saya coba. Kali ini saya mau bahas tentang salah satu film paling common ditemukan di pasaran, yaitu Fujicolor C200. Penampakannya seperti yang bisa kalian lihat di bawah ini
image
Harganya sekitar IDR 60000. Bisa dibeli di online retail atau di toko-toko/lab analog camera.

Sebelum mulai membahas lebih jauh tentang film ini, please note that kamera yang saya pakai adalah kamera tipe Point and Shoot (PNS) alias pocket camera: Ricoh RZ 800 Date dan Fujifilm Zoom Date 1000. Hasil foto menggunakan kamera analog dipengaruhi banyak hal, termasuk kualitas kamera yang digunakan. Sebagai beginner dalam peranalogan saya memilih untuk menggunakan Point and Shoot camera (PNS) karena segalanya yang serba auto jadi saya hanya perlu mengatur komposisi gambar saja. Pun kamera PNS yang saya gunakan adalah kamera dengan harga terjangkau, tapi bukan kamera level ciki ya! Hehe.


Film ini mempunyai ISO/ASA 200 seperti yang tercantum di namanya Fujicolor C200. Buat yang kurang paham ISO/ASA itu apa, google it! Haha! Basically ISO/ASA adalah tingkat sensitifitas film terhadap cahaya. Semakin tinggi nilainya, semakin sensitif film tersebut dalam menangkap cahaya. Misalkan dalam kondisi gelap, film dengan ISO 400 akan menghasilkan gambar yang lebih jelas dibandingkan ISO 100. Jadi menurutku ISO 200 yang diusung film ini quite safe untuk dipakai motret di berbagai kondisi cahaya. Karena film ini akan tetap menghasilkan gambar yang cukup jelas meskipun dalam keadaan low light. Meskipun kalau sudah terlalu gelap tetap membutuhkan bantuan flash.


Ada mitos (?) yang beredar di antara para pengguna film camera, yaitu, box atau kemasan dari sebuah film menggambarkan tone/warna gambar yang dihasilkan oleh film tersebut. Seperti yang bisa dilihat dari gambar di atas, film ini kemasannya berwarna hijau, jadi kalau mitos itu benar, film ini akan menghasilkan gambar dengan tone hijau yang lebih dominan. Menurutku sih mitos itu benar, berikut contoh gambar dengan objek, ambient, dan kamera yang sama, dilakukan di satu hari yang sama tetapi berbeda film.

I'm sorry it's blurry lol



Foto pertama (atas) diambil dengan menggunakan film Kodak Gold dan foto kedua (bawah) menggunakan film fujicolor C200. Apakah kalian bisa melihat perbedaan hasilnya? warna yang menonjol dari masing-masing film berbeda walaupun objeknya relatif sama. Bisa dilihat dari baju yang digunakan dan skintone objek, pada foto pertama warna merahnya terasa lebih vibrant dibandingkan foto kedua. Overall tone dari film Fujicolor C200 cenderung kehijauan. No? Lalu dua foto berikut juga serupa, diambil pada spot yang sama dengan slightly different angle, diambil dengan dua film yang berbeda.



can you tell which one is the fujicolor result?

Menurutku film ini aman untuk digunakan daily karena film ini cukup baik dalam mengambil baik foto portrait ataupun foto ambient, meskipun ada film lain yang menjadi favorit saya dalam mengambil foto portrait, but that’s for another review. Untuk foto portrait, film ini menghasilkan skintone yang lebih natural dibandingkan film tandingannya di kelas yang sama. Film apa tuh? Tunggu di postingan review berikutnya ya. Hihihi

  1. Buat yang mau lihat lebih banyak hasil jepretanku menggunakan film ini, sila mampir ke laman Lomography milik saya. ;)

much love,


How to : College Student (Freshman Year)

Aloha!
Setelah berhari-hari Work From Home dan literally cuma mengerjakan pekerjaan kantor akhirnya hari ini saya memutuskan untuk menulis dan sharing my version of guidance through college years. Sebagai, well I don't know, you can call me lecturer or assistant, selama kurang lebih 8 tahun, saya melihat ada perubahan dari mahasiswa yang saya hadapi tahun ke tahun. Sayangnya perubahan itu lebih cenderung ke arah yang kurang baik. Berdasarkan pengalaman saya ini lah, akhirnya saya memutuskan untuk menulis dengan harapan mungkin ada di antara kalian mahasiswa-mahasiswa yang baru masuk kuliah atau yang akan masuk kuliah tahun ini, baca tulisan saya. So, here is my version of basic guidance to help you get through college safely.

1. Know your learning/Studying pattern

Pasti banyak diantara kalian yang semasa sekolahnya (SD sampai SMA) selalu diingatkan oleh orang tua untuk belajar atau mengerjakan PR di rumah. Saya pun demikian. Semasa sekolah saya selalu berpikir apakah saya pemalas karena saya selalu merasa tidak butuh mengulang pelajaran di rumah? But turns out the answer is no. Saya baru menyadari pola belajar saya seperti apa saat saya kuliah. Saya tipe pelajar yang akan menyerap sebanyak mungkin info di dalam kelas. Sehingga saat saya keluar kelas tidak lagi ada pertanyaan yang mengganjal tentang pelajaran di dalam kelas. Untuk memastikan itu, tentu saya akan bertanya pada teman yang saya tau lebih paham dari saya atau jika masih belum puas, saya akan bertanya pada dosen langsung. Coba deh telaah lagi diri kalian. Saat seperti apa kalian bisa benar-benar paham suatu pelajaran? Apakah saat mengulang lagi di rumah? atau saat di dalam kelas? atau saat berdiskusi dengan teman? atau saat mengerjakan tugas? tentu masih banyak lagi opsi lainnya. So, know your learning pattern.

Untuk apa sih tau pola belajar kita? Apa pengaruhnya?

Kalau kalian sudah mengetahui pola belajar kalian, maka kalian akan mampu mengefisienkan waktu yang kalian miliki. Misalkan contohnya kalian adalah tipe pelajar yang perlu mengulang pelajaran di luar kelas supaya bisa mengerti. Artinya dalam 1x24 jam waktu yang kalian miliki dalam sehari, kalian harus meluangkan waktu untuk mengulang pelajaran. Maka kalian bisa tentukan waktunya. Sehingga di waktu di luar jam belajar tersebut kalian bisa mengerjakan kegiatan lain. Seperti mengerjakan tugas, berorganisasi, atau berolah raga. Tapi pastikan kalian berkomitmen terhadap proses belajar tersebut. Otherwise hasilnya tidak akan maksimal. Misalkan tipe pelajar seperti saya, yang ingin menyerap sebanyak mungkin informasi/pelajaran di dalam kelas, malu bertanya baik ke dosen atau ke teman. Lalu keluar kelas dengan membawa pertanyaan, maka akan ada lubang atau gap dalam pemahaman saya terhadap materi yang disampaikan di kelas yang akan mengganggu proses lainnya di luar kelas seperti mengerjakan tugas. I hope you get what I mean hehe.

2. Do your best since the very beginning

Apa ada diantara kalian yang berpikir "ah tingkat satu mah gampang lah kan masih ngulang pelajaran SMA jadi santai aja"? I think it's not a wise decision to "santai" apalagi bermalas-malasan karena merasa ini pelajaran yang gampang. Karena habbit itu akan mengikuti sampai akhir masa perkuliahan. Justru karena di awal masih mengulang pelajaran-pelajaran SMA then grind yourself to excel it. Jika kalian mengusahakan yang terbaik sejak awal, kalian akan terbiasa untuk melakukannya sepanjang masa perkuliahan.

Here's the tea for those who don't know, semakin tinggi tingkat semester kalian maka pelajaran/mata kuliah asli dari jurusan kalian akan semakin bermunculan dan saat itulah kesiapan kalian belajar akan semakin diuji. Kalau di awal kalian bisa mendapat nilai baik, maka harapannya adalah kalian memiliki keinginan untuk bisa menjaga nilai tersebut sampai akhir perkuliahan. But worst case scenario, kalau kalian semakin kesusahan di semester-semester selanjutnya, nilai kalian tidak akan merosot secara ekstrim karena kalian punya bekal cukup baik di awal.

3. DO NOT PROCRASTINATE!!!

Yes fellas it's in capital with three exclamation marks.
To pile up your tasks until submission day is never a good idea. Pertama, tentu akan membuat kalian less focus saat mengerjakannya karena seolah dikejar-kejar batas waktu pengumpulan. Kedua, kalian tidak punya cukup waktu untuk merevisi kembali tugas. sehingga hasilnya pun tidak maksimal dan pemahaman kalian menjadi tidak tergambarkan dalam tugas tersebut.

Coba untuk mengerjakan pekerjaan berdasarkan urutan dari yang kalian paling paham untuk dikerjakan sendiri lalu berangsur ke pekerjaan yang perlu diskusi atau butuh waktu ekstra untuk dikerjakan. Sehingga tidak ada tugas yang saling tumpuk di akhir waktu pengumpulan. Tips ini juga berlaku sampai kalian mengerjakan Tugas Akhir atau Skripsi nantinya. Semakin lama menunda revisi tugas akhir maka semakin lama pula kalian sidang. 😜

4. Get yourself a good circle of friends

Siapa bilang di kuliah itu harus sendiri-sendiri? No, I met my one of my best-est friend (is that even a word? lol) in campus. Good circle of friends can help you build your learning system. You will motivate each other, help each other, and remind each other to do three other points before. Yang dimaksud "sendiri-sendiri" adalah, kalian bertanggung jawab penuh atas semua keputusan yang kalian masing-masing ambil secara akademik. Misalkan kalian memutuskan untuk tidak mengerjakan tugas dan tidak mendapatkan nilai, maka tidak ada yang bisa membantu. Tidak teman-teman kalian, tidak dosen mata kuliah yang bersangkutan, tidak juga dosen wali. Maka dari itu, berteman di lingkungan pertemanan yang sehat akan membangun lingkungan kuliah/belajar yang sehat pula. But of course ini bukan berarti kalian harus mengkotak-kotakkan pertemanan kalian. Just be smart on choosing your closest friend circle.

Well, I think that's it for today's blog. I hope you find it useful.


Stay healthy everyone!
xoxo